ADSENSE 336 x 280
Oleh : Muzzamil (Bravo-5 Lampung)
Lampung, Kejarfakta.com--Kepala berita dan linimasa media massa segala arus, sepanjang pekan ini ditajuki kabar rencana kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Sai Bumi Ruwa Jurai Provinsi Lampung.
Jum'at-Sabtu, 23-24 November 2018, orang nomor satu di Indonesia itu hadir menyapa rakyat Lampung dengan sandang status dua sekaligus.
Di rajanya hari, Jum'at (23/11/2018) kemarin, dalam kapasitas selaku Kepala Negara, Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo melakukan kunjungan kerja kenegaraan --per rundown berikut :
a) peninjauan di KM 109, progres pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140,83 km yang target rampung fisik telah tembus 96 persen dan bisa beroperasi akhir tahun ini, sampai ruas Bakauheni-Palembang sepanjang 350 km bisa terkoneksi dan beroperasi Juni 2019, dari total target terkoneksi Lampung-Aceh sepanjang 920,93 km pada 2024.
b) penyerahan simbolis 1.300 sertifikat tanah untuk rakyat dari program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) di Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng), dipusatkan di gedung Lapangan Tenis Pemkab setempat, di Gunungsugih.
Disambut Bupati Lamteng Lukman Djoyosoemarto dengan pemberian Sekapur Sirih, songkok adat dan pengalungan selendang tapis Lampung, Presiden dan Ibu Negara didampingi Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Gubernur Lampung Ridho Ficardo, dan Wagub Lampung Bachtiar Basri.
Tampak pula, Bupati Lampung Utara (Lampura) Agung Ilmu Mangkunegara, anggota Komisi IV DPR Sudin.
Repetisi Presiden, langkah ini --PTSL adalah bukti negara hadir merespons keluhan yang sering diterimanya terkait sengketa lahan akibat ketiadaan sertifikat sebagai pemicu utama bagi pemerintah mempercepat penerbitan sertifikat untuk rakyat.
Penyerahan dari total target 30.200 sertifikat di Lamteng ini, bagian 264 ribu sertifikat bidang tanah untuk seluruh Lampung tahun ini yang baru akan selesai pada 2023, lebih cepat dari rencana target kuota nasional 126 juta sertifikat pada 2025.
Menarik, menyimak sambutan Gubernur Ridho yang menyampaikan terima kasih kepada Presiden, juga menegaskan bahwa rakyat Lampung takkan pernah lupa budi baik Presiden. Seraya meminta agar Presiden terus memberikan dukungan penuh atas pembangunan nasional di Lampung. Sejuk dan bijak, nice statement.
Dari Gunungsugih, dilanjutkan shalat Jum'at bersama umat muslim Lamteng di Masjid Istiqlal, Bandarjaya.
Bicara Gunungsugih, ingat Erick Thohir ya? Di sanalah, kampung halaman almarhum ayahanda Bro Erick.
b) pertemuan silaturahmi dengan keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) se-Lampung, didampingi Bupati Lampung Timur (Lamtim) yang juga Wagub Lampung 2019-2024 terpilih Chusnunia Chalim dan Ketua Pengurus Wilayah NU Lampung Moh. Mukri di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah 'Darussalamah', Desa Brajadewa, Kecamatan Way Jepara, Lamtim, asuhan KH. Achmad Shodiq.
c) pertemuan konsolidasi-evaluasi program dengan 2.435 kepala desa/pekon/kampung/tiyuh dan 2.435 tenaga Pendamping Lokal Desa (PLD) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) se-Lampung di Islamic Center Sukadana, Lamtim, didampingi Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo, Dirjen PPMD Kemendes PDTT, dan Bupati Chusnunia.
d) pertemuan silaturahmi dengan kepala daerah dan wakil kepala daerah se-Lampung di Kota Bandarlampung.
Seperti biasa, Presiden selalu punya kejutan. Hari pertama kemarin, kejutan itu dipatri rakyat Kota Metro, yang dihampiri Presiden di sep
Siapa tahu, sebelum jalan sehat pagi ini, tetiba Presiden bertandang "singgah pay" ke rumah saya, misalnya? Haha..
Kebetulan pula, saya sempat rehat menulis ini karena malam tadi dekat rumah ada pengajian akbar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bertajuk Billabong Bershalawat, yang jarak lokasinya dari rumah cuma sepelemparan tomat..
Pengennya, nyeruit bareng Presiden.. Huh hah, huh hah, ho aa ho ee.. Hehe..
Lanjut hari kedua, Sabtu (24/11/2018) ini, dalam kapasitas selaku Calon Presiden (Capres) RI masa bakti 2019-2024 nomor urut 01, per tentative rundown berikut :
a) Jalan Sehat bersama Tim Kampanye Nasional (TKN) dan Tim Kampanye Daerah Koalisi Indonesia Kerja (TKD-KIK) Provinsi Lampung Capres-Cawapres RI nomor urut 01 Jokowi-KH. Ma'ruf Amin.
Sama dengan struktur organisasi TKN-KIK dan 33 TKD-KIK se-Tanah Air, TKD-KIK Lampung terdiri pimpinan/pengurus 9 partai politik pengusung-pendukung: PDIP, Partai Golkar, PKB, Partai NasDem, PPP, Partai Hanura, PKPI, PSI, dan Perindo.
Tak ketinggalan, unsur relawan pemenangan Pilpres 2019 Jokowi-Ma'ruf Amin se-Lampung yang mengonsolidasikan diri dalam front persatuan Relawan Siger Ber1 --dimotori diantaranya Ketua Bravo-5 Lampung Andi Desfiandi, tercatat 54 organ melebur kinerja didalamnya--, dan seluruh rakyat Lampung yang berkenan hadir, di Tugu Adipura (Bundaran Gajah), Enggal, Bandarlampung, mulai jam 6 pagi.
Estimasi peserta yang dikoordinasi rancak Bunda Eva, sapaan karib Eva Dwiana Herman HN, ketua panitia, diperkirakan membeludak dari target minimal 20 ribu orang.
b) menghadiri-membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) sekaligus mengukuhkan struktur TKD-KIK Jokowi-Ma'ruf Amin Provinsi Lampung --dipimpin duet maut ketua Dedi Afrizal (bendahara DPD PDIP Lampung, Ketua DPRD Lampung dan tercatat satu-satunya legislator asal profesi perawat yang jadi ketua DPRD se-Indonesia) dan Ketua FPKB DPRD Lampung yang juga Ketua PW GP Ansor Lampung Hidir Ibrahim, serta TKD-KIK Kabupaten/Kota se-Lampung di gedung Graha Wangsa, Golden Dragon, Telukbetung, Bandarlampung.
Agenda ini berlangsung hingga petang. Capres nomor urut 01 akan membuka dan memberi pidato politiknya. Ruang dengar penulis berkelindan samar, bakal 'rame' lagi yel Hidup Jokowi!
Nah, dari Bandarlampung, Jokowi langsung bergerak ke barat. Ngapain? Infonya, usai makan siang, ia akan bertemu 25 ribu lebih petani/rakyat pedesaan sekaligus menyaksikan penandatanganan kerjasama kemitraan strategis petani dan Perum Bulog, dipusatkan di Pekon Pujodadi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu, didampingi Bupati Pringsewu KH. Sujadi Saddad.
Terbayang, dari info yang berkembang, puluhan ribu rakyat kabupaten terkecil wilayahnya namun terpadat penduduknya di provinsi produsen nanas kaleng terbesar di Asia ini, akan menyambut pemimpin kharismatik ini di sepanjang rute menuju lokasi.
Ahmad Muslimin, seorang aktivis pergerakan rakyat Lampung yang pernah memimpin aksi jalan kaki (long march) petani korban sengketa agraria dan masyarakat adat Suku Anak Dalam dari Jambi ke Istana Negara, Jakarta, medio 12 Desember 2012 silam, kepada penulis mengutarakan telah mengonsolidasikan sekitar seribu petani bercaping, khusus menyambut hadir Kepala Negara, esok.
Diketahui, Kamis (22/11/2018) lusa kemarin, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono telah lebih dulu berkunjung ke Kabupaten Pringsewu, tepatnya meninjau progres percepatan pembangunan salah satu proyek infrastruktur nasional terintegrasi yang masuk Program Strategis Nasional Kabinet Kerja 2014-2019, yakni Bendungan/Waduk Way Sekampung, di Pekon Bumiratu, Kecamatan Pagelaran, Pringsewu.
Dimana, bendungan berkapasitas tampung 68 juta meter kubik (m3) dan diprediksi akan mampu memasok air irigasi seluas 72.707 hektar, potensi listrik 5,4 mega watt (MW), dan mereduksi banjir 185 m3/detik, yang memakan total investasi biaya Rp1,7 triliun ini termasuk bagian target total pembangunan 65 bendungan se-Indonesia pada periode 2015-2019, terdiri dari 16 bendungan lanjutan dan 49 bendungan baru, sebagai bagian tak terpisahkan dari pembuktian programatik Nawacita Jokowi-JK.
Nantinya, bendungan juga akan jadi penyedia air baku untuk Kota Bandar Lampung, Metro dan Lampung Selatan sebesar 2,48 m3/detik dan jadi salah satu ikon pariwisata domestik terintegrasi berwawasan lingkungan di kabupaten Bumi Secancanan itu.
Sekadar pengingat, proses pengerjaan bendungan oleh dua kontraktor BUMN, PT. PP dengan nilai kontrak Rp873 miliar dan PT. Waskita Karya (Rp829 miliar) telah dimulai sejak 2016 dan ditargetkan selesai akhir 2020. Dengan penambahan shift jadi 2-3 shift kerja dan penambahan sejumlah alat, diupayakan selesai lebih cepat.
Bendungan Way Sekampung juga bukan sekadar bendungan. Mengutip
Menteri Basuki, "selesainya bendungan ini nantinya akan diikuti pembangunan jaringan irigasi premium yakni irigasi yang mendapat suplai air dari bendungan, hingga dipastikan bisa mengalirkan air hingga ke sawah-sawah petani."
Apalagi, Pringsewu dikenal luas sebagai salah satu lumbung pangan strategis Lampung. Masa sih? Apa benar, begitu? Kebetulan, penulis putra daerah Pringsewu. Hehehe..
Apakah Presiden Jokowi juga akan menyempatkan diri meninjau lokasi bendungan monumental tersebut?
Atau, justru dia akan bergegas sejenak meninjau progres pembangunan bendungan lainnya, beda tempat? Memang ada? Dimana?
Ya, ada dong. Selain Way Sekampung, mulai tahun lalu yang berkat inisiasi Gubernur Lampung dalam rapat kerja terbatas dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, medio 6 Maret 2017 ini dipercepat realisasi pembangunannya dari rencana awal tahun ini --telah didahului proses pembebasan lahan calon lokasi dengan bedol desa sebanyak 18 desa di 4 kecamatan di Lamtim (Margatiga, Sekampung, Batanghari, dan Metrokibang) dan Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro-- pemerintahan Jokowi-JK juga tengah mengebut proses pembangunan Bendungan Margatiga, Kecamatan Sekampung Udik, Lamtim.
Berkapasitas lebih kecil, 60 juta
ADSENSE Link Ads 200 x 90
m3, sedianya bendungan yang dikerjakan Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung, Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR itu kelak diharapkan bisa meningkatkan indeks pertanaman hingga 250 persen, sebagai konservasi air, peredam banjir, dan jadi sumber air baku yang mampu menghasilkan 800 liter/detik, serta --idem Way Sekampung-- jadi zona destinasi domestik terintegrasi berwawasan lingkungan.
-----
Agenda kejutan Jokowi lainnya belum pula diketahui. Tetiba turun di pinggir sawah warga, menghampiri petani yang tengah menggarap sawah sambil menggembala kerbaunya, mana tahu?
Nah, setelah makan siang, sekaligus mengakhiri anjangsana ke Lampung, sore ini Jokowi langsung terbang ke Sumatera Selatan. Lewat mana?
Ya, sesuai mula datangnya, pulangnya pun lewat Bandara Internasional Raden Inten II, Jalan Alamsyah Ratu Prawiranegara, Desa Branti Raya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) --barat laut Kota Bandarlampung, yang notabene demi penatalaksanaan percepatan "naik kelas" agar berstatus internasional, selain didukung pagu pembiayaan APBD Provinsi Lampung secara tahun jamak dengan nilai total hampir Rp500 miliar, juga didukung pagu alokasi DIPA APBN tak sedikit.
Terbaru, jika tiada aral melintang, bandara tersibuk ketiga di Sumatera ini akan membuka rute penerbangan Raden Inten II dari dan ke Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat per 25 November 2018.
Bandara peninggalan Jepang, 1943, dan pascamerdeka diserahkan ke Pemerintah RI serta dikelola Detasemen Angkatan Udara RI (AURI) periode 1946-1955 yang baru melepas pengelolaannya sejak memiliki pangkalan udara sendiri di Menggala, Kabupaten Lampung Utara (kini Tulang Bawang) --Lanud Astra Ksetra, pen-- dan diganti Djawatan Penerbangan Sipil (DPS) pada 1955 ini kini telah amat sangat jauh berubah, bergaya futuristik, dan memiliki gedung parkir empat lantai berkapasitas maksimum 1.000 kendaraan.
Jika ada yang sudah lama sekali tak melihatnya, dalam istilah prokem Lampung, "wah, nggak ciren lagi ya?" (ciren = pangling, pen.)
Sidang Pembaca, adakah di antara Anda bernama Baron? Lho, apa hubungannya? Nah, nanti terbantu jawabnya.
Jika pada periode 1943-1955 belum ada penerbangan komersial/reguler, bermodal landasan pacu (runway) 900 meter, pada 1956 bandara ini membuka lembar sejarah rute penerbangan komersial pertama.
Adalah Garuda Indonesian Airways (GIA), maskapai perintis jalur terbang Jakarta-Tanjungkarang pp, memakai pesawat jenis Barron. Nah, kan? Meski tak berselang lama, Barron diganti Dakota, demi bisa memenuhi frekuensi terbang tiga kali per minggu.
Diserahterimakan AURI ke Residen Lampung pada 1963 dan 'kembali ke pangkuan' DPS pada 1964, baru pada 1975 bisa didarati pesawat Fokker F-28 atau yang sejenis, bandara yang baru ganti nama dari Pelabuhan Udara jadi Bandar Udara Branti per 1 September 1985 itu dan berubah lagi jadi Bandara Raden Inten II pada 21 April 1997 itu, tercatat baru pada 1989 punya fasilitas insidentil flight, penerbangan carter.
Bisa didarati pesawat badan lebar jenis Boeing 737-200 mulai 29 April 2004, Fokker F50 oleh maskapai Riau Airlines (6 November 2006), Boeing 737-500 (awal 2009), dan Boeing 737-800 dan Boeing 737-900ER secara penuh pada 2010-2011 oleh Garuda.
Masih ingat, saat Menteri Perhubungan (saat itu) Ignasius Jonan berkunjung (2015), sebagai evaluasi atas renovasi terbatas sepanjang 2013-2014, segera merekomendasikan renovasi total bandara yang bertahap hasilnya kini bisa dinikmati dengan kapasitas daya tampung apron jadi 8 pesawat (bahkan kondisi darurat bisa menampung 10 pesawat) secara bersamaan.
Tak heran, dengan kondisi runway terkini sepanjang 3.000 M’ x 45 M’, maskapai Batik Air menoreh sejarah baru dengan debut perdana pesawat Airbus A320 yang digunakannya, yang mendarat di Branti sejak proses perluasan pertama bandara pada 2004.
Tak heran juga, (Anda jangan lupa), dengan ragam ekspresi semringah bin ceria, di jagat media sosial, secara ekspresif banyak warganet tak sungkan mengunggah pose naik sepeda bersama 'manuskrip' patung Jokowi. Baik itu selfie, wefie, dan yang jarang (karena 'keramean' kali ya?), grufie bareng presiden ketujuh itu.
Cekrek! Cekrek! Cis, eh, cheese..! Hehe.. Nikmat mana lagi?
-----
Masih di Bandarlampung, sebagai canvassing-happymaking approach, kemarin pagi TKD-KIK Lampung melakukan aksi gerebeg pasar, dengan berbelanja di 10 pasar tradisional di Kota Bandarlampung --antara lain Pasar Tugu Tanjungkarang Timur, Pasar Koga Kedaton, Pasar Tani Kemiling, dan Pasar Tempel Sukarame.
Ba'da Jum'at, berlangsung kegiatan simpatik pengobatan gratis Perempuan Keren Lampung Bergerak sebagai visi program Jokowi bidang kesehatan promotif-preventif, diikuti seribuan warga, dikoordinasi Perempuan Indonesia untuk Jokowi-KH. Ma'ruf Amin (P-IJMA) dipimpin anggota DPR Nihayatul Wafiroh, dipusatkan di Balai Krakatau, Langkapura, Bandarlampung.
Sementara, tiga parpol pengusung, Hanura, Golkar, dan NasDem Lampung juga terkonfirmasi menggelar konsolidasi internal, masing-masing dihadiri unsur DPP, DPD/DPW dan DPC kabupaten/kota dan caleg se-Lampung.
Sebelumnya, Rabu (20/11/2018), unsur TKN-KIK, duo sekjen DPP partai hadir meninjau prakondisi finalisasi persiapan penyambutan kunjungan Jokowi. Yakni, Sekjen Partai Golkar Letjen TNI (Purn) Paulus Lojdewick dan Sekjen PKB Abdul Kadir Karding.
Selain rapat koordinasi bersama Ketua TKD-KIK Lampung dan sejumlah pengurus, duo sekjen juga tertangkap kamera meninjau Graha Wangsa, lokasi Rakerda TKD-KIK hari ini.
Catatan penulis, monumentasi Tugu Adipura sebagai 'manuskrip' zona publik ternama di Lampung, jadi kali kedua hari ini bagi proses panjang penatalaksanaan Jokowi-effect di provinsi 9,45 juta jiwa penduduk ini. Ah, berlebihan agaknya!?
Tentu saja tidak, walaupun debatable, penulis coba merangkainya dengan peristiwa politik serupa, saat sehari pascapendaftaran capres-cawapres RI ke kantor KPU, Menteng, Jakarta, 10 Agustus 2018 lalu, tempat ini juga jadi saksi sejarah deklarasi dukungan politik pertama terhadap paslon capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin di Indonesia.
Saat itu, idem hari, Sabtu pagi, digelar Deklarasi Dukungan Pilpres 2019 dan Doa Lintas Agama oleh Forum Relawan Jokowi Lampung. Terekam, ulama NU Lampung yang juga pengasuh Ponpes Roudhotussholihin, Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Lamsel, KH. RM. Soleh Bajuri, bersama Ketua Bravo-5 Lampung yang juga Ketua Yayasan Alfian Husin dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Desapolitan Indonesia (Desindo) Andi Desfiandi, mendampingi Ketua Dewan Pembina Majelis Taklim Rachmat Hidayat Lampung, Eva Dwiana Herman HN membacakan "Deklarasi Lampung."
Kegiatan diwarnai donor darah itu dihadiri pula Waketum DPP Bravo-5 Letjen TNI (Purn) Suaidi Marasabessy dan Koordinator Wilayah (Korwil) Lampung-Banten KH. Irsjad Djuwaeli, mewakili Ketum Bravo-5 yang juga mantan Wakil Panglima TNI era Gus Dur, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi.
-----
Sekadar ilustrasi di atas, ingin coba penulis hadapkan pada beberapa daftar tanya. Benarkah kunjungan Presiden Jokowi hanya sebatas kunjungan biasa, yang jamak dilakukan seorang kepala negara/kepala pemerintahan NKRI?
Adakah diksi kepentingan politik, dan/atau tidakkah ini sarat nuansa politis jelang tahun politik?
Berikutnya, dengan banyaknya "berkah pembangunan" mengalir, aksi ambil untung mana lagi, yang bisa Lampung dapatkan senyampang kepemimpinan partisipatoris-kerakyatan yang dicirikan dalam kerja-kerja penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional oleh kabinet Jokowi?
Apakah bakal ada, dan jika ada berapa kisaran besarannya, efek elektoral kunjungan kedua Jokowi ke Lampung pascakunjungan kenegaraan dalam rangka peresmian JTTS ruas Bakauheni-Lematang, penyerahan simbolis 5 ribu sertifikat tanah rakyat program PTSL di Lampung Selatan, dan penyerahan ragam bantuan pemerintah bagi rakyat Kabupaten Mesuji, 21 Januari 2018 lalu?
Atau, apakah ini memang bagian (bukan saja) komitmen kuat Jokowi terhadap percepatan progresif proses pembangunan nasional di seluruh wilayah hukum dan administatif NKRI --dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote-- sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 helaan pemerintahannya kini?
Atau lagi, atau jika tidak, pun halnya, hahaha, akan ada kejutan politik luar biasa maha dahsyat dari rakyat Lampung, untuk Jokowi, kini dan ke depan, kontekstualitasnya dengan irisan profiling Lampung sebagai provinsi yang sukses mentransformasi diri dari zona transit menjadi zona destinasi percepatan seluruh lini pembangunan nasional hingga sukses sabet status daerah dengan statistik pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera beberapa tahun terakhir?
Nikmat mana lagi? Pembangunan JTTS Bakauheni, Lamsel-Pematangpanggang, Mesuji, Kawasan Industri Maritim (KIM) Tanggamus, Bendungan Way Sekampung dan Margatiga, rumah sederhana nelayan di Lamtim dan Lampung Barat (Lambar), Program Sejuta Rumah, Pangkalan Utama TNI-AL (Lanal) Teluk Ratai, Kecamatan Padangcermin, Kabupaten Pesawaran yang akan naik kelas jadi Pangkalan Komando Armada Barat (Pangkoarmabar) I sebagai defusi Koarmabar Jakarta dan akan jadi pangkalan militer laut modern terlengkap pertama di Indonesia yang akan beroperasi pada 2024, peningkatan status Bandara Internasional Raden Inten II, Pelabuhan Internasional Panjang dan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni (ke depan hanya ro-ro 5.000 GT yang boleh beroperasi), sinyal positif pengembangan Lanud Gatot Subroto, Way Kanan jadi bandara komersial, kisah sukses banyak Badan Usaha Milik Desa/Pekon/Kampung/Tiyuh (BUMDes/BUMPekon/BUMKam/BUMTiyuh) di Lampung yang acap terdengar mengharumkan nama Lampung, moncernya bisnis perjalanan wisata/event organizer/konvensi dengan keterpilihan Lampung sebagai destinasi favorit terdekat di luar Jawa, turut sertanya Lampung menaja diri jadi salah satu kandidat alternatif lokasi ibu kota pusat pemerintahan negara RI yang sempat bergulir hebat sepanjang 2017 dan akan diputuskan kelanjutannya pasca-pilpres 2019 seperti isyarat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro tenga tahun ini, dan banyak poin penting lain yang jadi bagian aksentuasi Lampung di ranah kompetisi antarpulau/antarprovinsi Negeri Zamrud Khatulistiwa ini?
Demi menjawabnya, nantikan segera, usai tuntas agenda hari ini.(*)
from berita lampung | beritaonline | berita lampung barat | KejarFakta.com https://ift.tt/2FDrwkV
via IFTTT
ADSENSE 336 x 280
dan
ADSENSE Link Ads 200 x 90
-----
Agenda kejutan Jokowi lainnya belum pula diketahui. Tetiba turun di pinggir sawah warga, menghampiri petani yang tengah menggarap sawah sambil menggembala kerbaunya, mana tahu?
Nah, setelah makan siang, sekaligus mengakhiri anjangsana ke Lampung, sore ini Jokowi langsung terbang ke Sumatera Selatan. Lewat mana?
Ya, sesuai mula datangnya, pulangnya pun lewat Bandara Internasional Raden Inten II, Jalan Alamsyah Ratu Prawiranegara, Desa Branti Raya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) --barat laut Kota Bandarlampung, yang notabene demi penatalaksanaan percepatan "naik kelas" agar berstatus internasional, selain didukung pagu pembiayaan APBD Provinsi Lampung secara tahun jamak dengan nilai total hampir Rp500 miliar, juga didukung pagu alokasi DIPA APBN tak sedikit.
Terbaru, jika tiada aral melintang, bandara tersibuk ketiga di Sumatera ini akan membuka rute penerbangan Raden Inten II dari dan ke Bandara Internasional Kertajati, Majalengka, Jawa Barat per 25 November 2018.
Bandara peninggalan Jepang, 1943, dan pascamerdeka diserahkan ke Pemerintah RI serta dikelola Detasemen Angkatan Udara RI (AURI) periode 1946-1955 yang baru melepas pengelolaannya sejak memiliki pangkalan udara sendiri di Menggala, Kabupaten Lampung Utara (kini Tulang Bawang) --Lanud Astra Ksetra, pen-- dan diganti Djawatan Penerbangan Sipil (DPS) pada 1955 ini kini telah amat sangat jauh berubah, bergaya futuristik, dan memiliki gedung parkir empat lantai berkapasitas maksimum 1.000 kendaraan.
Jika ada yang sudah lama sekali tak melihatnya, dalam istilah prokem Lampung, "wah, nggak ciren lagi ya?" (ciren = pangling, pen.)
Sidang Pembaca, adakah di antara Anda bernama Baron? Lho, apa hubungannya? Nah, nanti terbantu jawabnya.
Jika pada periode 1943-1955 belum ada penerbangan komersial/reguler, bermodal landasan pacu (runway) 900 meter, pada 1956 bandara ini membuka lembar sejarah rute penerbangan komersial pertama.
Adalah Garuda Indonesian Airways (GIA), maskapai perintis jalur terbang Jakarta-Tanjungkarang pp, memakai pesawat jenis Barron. Nah, kan? Meski tak berselang lama, Barron diganti Dakota, demi bisa memenuhi frekuensi terbang tiga kali per minggu.
Diserahterimakan AURI ke Residen Lampung pada 1963 dan 'kembali ke pangkuan' DPS pada 1964, baru pada 1975 bisa didarati pesawat Fokker F-28 atau yang sejenis, bandara yang baru ganti nama dari Pelabuhan Udara jadi Bandar Udara Branti per 1 September 1985 itu dan berubah lagi jadi Bandara Raden Inten II pada 21 April 1997 itu, tercatat baru pada 1989 punya fasilitas insidentil flight, penerbangan carter.
Bisa didarati pesawat badan lebar jenis Boeing 737-200 mulai 29 April 2004, Fokker F50 oleh maskapai Riau Airlines (6 November 2006), Boeing 737-500 (awal 2009), dan Boeing 737-800 dan Boeing 737-900ER secara penuh pada 2010-2011 oleh Garuda.
Masih ingat, saat Menteri Perhubungan (saat itu) Ignasius Jonan berkunjung (2015), sebagai evaluasi atas renovasi terbatas sepanjang 2013-2014, segera merekomendasikan renovasi total bandara yang bertahap hasilnya kini bisa dinikmati dengan kapasitas daya tampung apron jadi 8 pesawat (bahkan kondisi darurat bisa menampung 10 pesawat) secara bersamaan.
Tak heran, dengan kondisi runway terkini sepanjang 3.000 M’ x 45 M’, maskapai Batik Air menoreh sejarah baru dengan debut perdana pesawat Airbus A320 yang digunakannya, yang mendarat di Branti sejak proses perluasan pertama bandara pada 2004.
Tak heran juga, (Anda jangan lupa), dengan ragam ekspresi semringah bin ceria, di jagat media sosial, secara ekspresif banyak warganet tak sungkan mengunggah pose naik sepeda bersama 'manuskrip' patung Jokowi. Baik itu selfie, wefie, dan yang jarang (karena 'keramean' kali ya?), grufie bareng presiden ketujuh itu.
Cekrek! Cekrek! Cis, eh, cheese..! Hehe.. Nikmat mana lagi?
-----
Masih di Bandarlampung, sebagai canvassing-happymaking approach, kemarin pagi TKD-KIK Lampung melakukan aksi gerebeg pasar, dengan berbelanja di 10 pasar tradisional di Kota Bandarlampung --antara lain Pasar Tugu Tanjungkarang Timur, Pasar Koga Kedaton, Pasar Tani Kemiling, dan Pasar Tempel Sukarame.
Ba'da Jum'at, berlangsung kegiatan simpatik pengobatan gratis Perempuan Keren Lampung Bergerak sebagai visi program Jokowi bidang kesehatan promotif-preventif, diikuti seribuan warga, dikoordinasi Perempuan Indonesia untuk Jokowi-KH. Ma'ruf Amin (P-IJMA) dipimpin anggota DPR Nihayatul Wafiroh, dipusatkan di Balai Krakatau, Langkapura, Bandarlampung.
Sementara, tiga parpol pengusung, Hanura, Golkar, dan NasDem Lampung juga terkonfirmasi menggelar konsolidasi internal, masing-masing dihadiri unsur DPP, DPD/DPW dan DPC kabupaten/kota dan caleg se-Lampung.
Sebelumnya, Rabu (20/11/2018), unsur TKN-KIK, duo sekjen DPP partai hadir meninjau prakondisi finalisasi persiapan penyambutan kunjungan Jokowi. Yakni, Sekjen Partai Golkar Letjen TNI (Purn) Paulus Lojdewick dan Sekjen PKB Abdul Kadir Karding.
Selain rapat koordinasi bersama Ketua TKD-KIK Lampung dan sejumlah pengurus, duo sekjen juga tertangkap kamera meninjau Graha Wangsa, lokasi Rakerda TKD-KIK hari ini.
Catatan penulis, monumentasi Tugu Adipura sebagai 'manuskrip' zona publik ternama di Lampung, jadi kali kedua hari ini bagi proses panjang penatalaksanaan Jokowi-effect di provinsi 9,45 juta jiwa penduduk ini. Ah, berlebihan agaknya!?
Tentu saja tidak, walaupun debatable, penulis coba merangkainya dengan peristiwa politik serupa, saat sehari pascapendaftaran capres-cawapres RI ke kantor KPU, Menteng, Jakarta, 10 Agustus 2018 lalu, tempat ini juga jadi saksi sejarah deklarasi dukungan politik pertama terhadap paslon capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin di Indonesia.
Saat itu, idem hari, Sabtu pagi, digelar Deklarasi Dukungan Pilpres 2019 dan Doa Lintas Agama oleh Forum Relawan Jokowi Lampung. Terekam, ulama NU Lampung yang juga pengasuh Ponpes Roudhotussholihin, Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Lamsel, KH. RM. Soleh Bajuri, bersama Ketua Bravo-5 Lampung yang juga Ketua Yayasan Alfian Husin dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Desapolitan Indonesia (Desindo) Andi Desfiandi, mendampingi Ketua Dewan Pembina Majelis Taklim Rachmat Hidayat Lampung, Eva Dwiana Herman HN membacakan "Deklarasi Lampung."
Kegiatan diwarnai donor darah itu dihadiri pula Waketum DPP Bravo-5 Letjen TNI (Purn) Suaidi Marasabessy dan Koordinator Wilayah (Korwil) Lampung-Banten KH. Irsjad Djuwaeli, mewakili Ketum Bravo-5 yang juga mantan Wakil Panglima TNI era Gus Dur, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi.
-----
Sekadar ilustrasi di atas, ingin coba penulis hadapkan pada beberapa daftar tanya. Benarkah kunjungan Presiden Jokowi hanya sebatas kunjungan biasa, yang jamak dilakukan seorang kepala negara/kepala pemerintahan NKRI?
Adakah diksi kepentingan politik, dan/atau tidakkah ini sarat nuansa politis jelang tahun politik?
Berikutnya, dengan banyaknya "berkah pembangunan" mengalir, aksi ambil untung mana lagi, yang bisa Lampung dapatkan senyampang kepemimpinan partisipatoris-kerakyatan yang dicirikan dalam kerja-kerja penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional oleh kabinet Jokowi?
Apakah bakal ada, dan jika ada berapa kisaran besarannya, efek elektoral kunjungan kedua Jokowi ke Lampung pascakunjungan kenegaraan dalam rangka peresmian JTTS ruas Bakauheni-Lematang, penyerahan simbolis 5 ribu sertifikat tanah rakyat program PTSL di Lampung Selatan, dan penyerahan ragam bantuan pemerintah bagi rakyat Kabupaten Mesuji, 21 Januari 2018 lalu?
Atau, apakah ini memang bagian (bukan saja) komitmen kuat Jokowi terhadap percepatan progresif proses pembangunan nasional di seluruh wilayah hukum dan administatif NKRI --dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote-- sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 helaan pemerintahannya kini?
Atau lagi, atau jika tidak, pun halnya, hahaha, akan ada kejutan politik luar biasa maha dahsyat dari rakyat Lampung, untuk Jokowi, kini dan ke depan, kontekstualitasnya dengan irisan profiling Lampung sebagai provinsi yang sukses mentransformasi diri dari zona transit menjadi zona destinasi percepatan seluruh lini pembangunan nasional hingga sukses sabet status daerah dengan statistik pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera beberapa tahun terakhir?
Nikmat mana lagi? Pembangunan JTTS Bakauheni, Lamsel-Pematangpanggang, Mesuji, Kawasan Industri Maritim (KIM) Tanggamus, Bendungan Way Sekampung dan Margatiga, rumah sederhana nelayan di Lamtim dan Lampung Barat (Lambar), Program Sejuta Rumah, Pangkalan Utama TNI-AL (Lanal) Teluk Ratai, Kecamatan Padangcermin, Kabupaten Pesawaran yang akan naik kelas jadi Pangkalan Komando Armada Barat (Pangkoarmabar) I sebagai defusi Koarmabar Jakarta dan akan jadi pangkalan militer laut modern terlengkap pertama di Indonesia yang akan beroperasi pada 2024, peningkatan status Bandara Internasional Raden Inten II, Pelabuhan Internasional Panjang dan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni (ke depan hanya ro-ro 5.000 GT yang boleh beroperasi), sinyal positif pengembangan Lanud Gatot Subroto, Way Kanan jadi bandara komersial, kisah sukses banyak Badan Usaha Milik Desa/Pekon/Kampung/Tiyuh (BUMDes/BUMPekon/BUMKam/BUMTiyuh) di Lampung yang acap terdengar mengharumkan nama Lampung, moncernya bisnis perjalanan wisata/event organizer/konvensi dengan keterpilihan Lampung sebagai destinasi favorit terdekat di luar Jawa, turut sertanya Lampung menaja diri jadi salah satu kandidat alternatif lokasi ibu kota pusat pemerintahan negara RI yang sempat bergulir hebat sepanjang 2017 dan akan diputuskan kelanjutannya pasca-pilpres 2019 seperti isyarat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro tenga tahun ini, dan banyak poin penting lain yang jadi bagian aksentuasi Lampung di ranah kompetisi antarpulau/antarprovinsi Negeri Zamrud Khatulistiwa ini?
Demi menjawabnya, nantikan segera, usai tuntas agenda hari ini.(*)
from berita lampung | beritaonline | berita lampung barat | KejarFakta.com https://ift.tt/2FDrwkV
via IFTTT
0 Response to "Lampung dan Jokowi, Manuskrip Sebuah Legacy"
Post a Comment